Rabu, 17 April 2019

Beda ibu skarang sama yang dulu

*MUHASABAH:*


*KISAH MENGHARUKAN*

Beda ibu-ibu sekarang dengan ibunya para ulama. Kebanyakan ibu mengharapkan, khususnya saat seperti lebaran ini, anaknya mudik dengan sukses, pakai mobil, punya rumah dan kekayaan lainnya. Malu pada tetangga jika anaknya mudik "pas-pasan"


dan si anakpun malu juga jika pulang tidak kelihatan "suksesnya." Akhirnya banyak anak mobilnya hasil leasing, rumahnya KPR, belanja pakai kartu kredit. Riba pun belum bisa hilang dari kehidupan.


_______________

IBUNDA IMAM SYAFI'I YANG TIDAK BANGGA DENGAN KEKAYAAN ANAKNYA

"Nak, pergilah menuntut ilmu untuk jihad di jalan Allah swt, kelak kita bertemu di akhirat saja". Perintah Ibunda Imam Syafi'i kepada Imam Syafi'i sebelum rihlah (perjalanan menuntut ilmu). Kemudian, Imam Syafi'i berangkat dari Makkah ke Madinah belajar dgn Imam Malik, kemudian ke Iraq.

Di Iraq, Imam Syafi'i BUKAN HANYA 1 atau 2 tahun, ia tidak berani pulang ke rumah karena teringat pesan ibunnya ("kelak kita bertemu di akhirat saja...") sehingga sebelum ada Izin dari Ibunya ia tidak berani pulang ke rumah. Di Iraq beliau menjadi orang besar, ulama' dan alim.

Suatu ketika ada halaqag besar di Masjidil Haram. Ada seorang Ulama besar dari Iraq dalam perkataannya sering menyebut "Muhammad Bin Idris Asy-syafi'i berkata begini begini ...".

Kemudian Ibunya Imam Syafi'i bertanya "Ya Sayikh, Siapakah Muhammad bin Idris Asy-syafi'i itu?" Syaikh itu menjawab dengan bangganya, "Dia adalah guruku, seorang yang 'alim, cerdas, sholeh yang berada di Iraq. Asalnya dari Mekkah sini... ".

Kemudian Ibu Imam Syafi'i berkata "Ketahuilah Syaikh, Muhammad Bin Idris Asy-syafii itu adalah Anakku". Syaikh itu-pun kaget dan tercengang. "Subhaanallaah, wahai ibu, Benarkah hal itu?" "Ya, benar. Dia adalah ANAKKU..." Jawab ibu Imam Syafi'i.

Rombongan dari Iraq itupun seketika menunduk, sebagai tanda hormat kepada Ibu Imam Syafi'i. Kemudian Syaikh tersebut berkata "Wahai ibu, sepulang dari haji ini kita akan kembali ke Iraq. Apa pesanmu kepada Imam Syafi'i?".

Kemudian Ibunda Imam Syafi'i berkata: "Pesanku kepada Syafi'i, kalau dia sekarang ingin pulang, aku mengizininya untuk pulang."

Sepulang dari haji, Syaikh beserta rombongan Iraq itupun menyampaikan pesan tersebut kepada Imam Syafi'i bahwa "Ibundanya, mengizinkan beliau untuk pulang ke rumah....", mendengar hal tersebut, mata beliaupun terharu dan merasa bahagia.

Ini artinya Imam Syafi'i masih berkesempatan bertemu dengan sang Ibunda di dunia ini, walaupun sebelumnya ibunya berkata "kita bertemu di akhirat saja." Imam Syafi'i tidak mengulur-ngulur waktu, beliaupun berkemas kemas ingin segera mungkin bertemu sang Ibunda di Makkah.

Sebelumnya berpamitan kepada warga Iraq setempat. Karena ke'aliman dan kemasyhuran beliau di Iraq, masyarakat yang mencintai dan mengagumi beliau, merasa bersimpati kepada Imam Syafi'i dengan memberi apa yang mereka punya dari kekayaan mereka, ada yang memberi unta, dinar, dll sekedar untuk bekal. Walhasil, Imam Syafi'i pun pulang dengan membawa puluhan unta dan di kawal oleh beberapa santri beliau.

Sesampai di perbatasan kota Mekkah, Imam Syafi'i mengutus seorang santrinya agar mengabarkan kepada Ibundanya bahwa saat ini beliau sudah di perbatasan kota Mekkah. (Hal seperti ini termasuk sunnah, yakni mengabarkan ke rumah ketika seseorang mau pulang supaya pihak rumah mempersiapkan sesuatu, bukan membuat malah kejutan).

Kemudian, santri Imam Syafi'i pun mengetuk pintu rumah.


"Siapa itu?" Tanya Ibunda Imam Syafi'i.


"Saya adalah santri Imam syafi'i yang diutus beliau agar mengabarkan kepada ibu, bahwa Imam Syafi'i sekarang sudah berada di perbatasan kota Mekkah," jawab santri Imam Syafi'i.

Lalu Ibunda Imam Syafi'i berkata:


"Syafi'i Membawa apa? ..."


Dengan bangga santri Imam Syafi'i menjawab "Beliau pulang dengan membawa puluhan unta dan harta lainya...".

Mendengar penuturan santri Imam Syafi'i yang polos itu, Ibunya menutup pintunya sambil berkata, "Aku menyuruh Syafi'i ke Iraq bukan untuk mencari dunia....!!!. Beritahu kepada Syafi'i bahwa dia tidak boleh pulang ke rumah....!! ".

Menuruti perintah ibunda Imam Syafi'i, santri itu pun gemetar dan menyampaikan kepada Imam Syafi'i. "Wahai Imam, Ibunda anda marah dan menyuruh anda untuk tidak boleh pulang ke rumah." Imam Syafi'i berkata "Mengapa bisa demikian?".

Santrinya pun menjawab, "Wahai Imam, Sesungguhnya ibunda anda bertanya, Syafi'i membawa apa? Kemudian aku berkata bahwa Imam Syafi'i membawa puluhan unta dan kekayaan lainnya....".

"Sungguh kesalahan besar dirimu, jika engkau menganggap Ibundaku akan bahagia dengan harta yang ku bawa ini. Baiklah, sekarang kumpulkan orang Mekkah dan bagikan semua unta dan kekayaan lainya pada penduduk Mekkah, dan sisakan kitab-ku, setelah itu khabarkan lagi kepada Ibuku.... " Ujar Imam Syafi'i kepada santrinya.

Santri Imam Syafi'i itupun menurut apa yang diperintahkan oleh gurunya, lantas ia kembali ke rumah Imam Syafi'i untuk menemui ibunda beliau.

Sesampai di depan rumah ia mengetuk pintu, dan terdengarlah dari dalam rumah: "Siapa?".


"Saya adalah Murid Imam Syafi'i yang kemarin dan ingin mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi'i telah membagikan semua untanya dan harta yang lainnya, yang beliau bawa hanya KITAB dan ILMU," jawab santri Imam Syafi'i.

"Alhamdulillah, Baiklah sekarang kabarkan kepada Syafi'i bahwa dia boleh pulang ke rumah dan dia aku tunggu ...". Mendengar kabar itu Imam Syafi'i bahagia dan terharu, seraya mencium ibundanya yang telah lama tidak bertemu.

Mudah mudahan menjadi inspirasi buat kita semua. Semoga bermanfaat.***

10 tips bahagia

🍏🍎 10 tips untuk menjadi lebih bahagia, adalah mengurangi semua kebiasaan buruk kita.

🍊🍋 Karena sering kali hal-hal buruk itu bersifat sementara.

🍌🍉 Bila dipikir matang-matang, sering kali hal negative itu membuat kita menyesal dan tidak membawa hasil apa-apa.

🍇🍓 Bagaimana caranya? Saling mengingatkan dan ingatkan kepada diri sendiri bahwa dengan cara mengganti sifat jelek itu menjadi ke arah yang positif.

1. Kurangi membenci, tambahkan rasa cinta 💜

2. Kurangi rasa khawatir, beraktivitaslah lebih sering (apapun aktifitas yang bisa menutupi atau bahkan membuat kita lupa kekhawatiran kita) 🏄🏻‍♂

3. Kurangi meminta-minta, bersedekah lebih banyak. 💰

(Mentalitas memberi dapat menaikkan jiwa mencari uang dengan sendiri daripada mentalitas menunggu rezeki datang. Karena lebih baik mencari kesempatan yang ada daripada menunggu) 🕯

4. Sudah dijelaskan di point ke 3. (Point ke 3 dan ke 4 berhubungan) 😁

5. Kurangin cemberut, tersenyumlah lebih banyak. 😊

(Anda terlihat lebih berkarisma dengan wajah tersenyum) 😘

6. Kurangin omong kosong, perbanyak mendengarkan (mendengarkan memberikan kita ilmu, ngomong memberikan orang lain ilmu) 👂🏻

7. Kurangi rasa takut, mencobalah terlebih dahulu (jangan takut mencoba karena takut gagal. Gagal adalah pelajaran yang menjadi jembatan sukses kita. Mencoba boleh namun dengan cerdas ya) 😃

8. Kurangin memfonis orang, terimalah setiap orang yang tidak merugikan diri anda (karena kita suatu saat mungkin membutuhkan orang lain juga) 😇

9. Kurangi hanya menonton orang lain, lakukan lebih banyak (perbanyak berlatih daripada duduk dan melihat lebih banyak saja. Praktek lebih penting daripada theory) 😌

10. Kurangi mengeluh, perbanyak bersyukur (sering sekali ini diucapkan berulang-ulang karena sangat penting. 😇

Intinya mengeluh tidak pernah membawa hasil melainkan semakin merosot. 😢

Dengan bersyukur kita juga semakin produktif. 😉

Karena kerja keras kita terasa membawakan hasil juga ternyata. 🤪

Dari sana kita tau ternyata kita berguna dan membawakan hasil) 🙂


.


Semoga bermanfaat ! 🙏🏻

📡 *Republished by :*

┏📚★★━━━━━━━━━━━━━━┓


    💎 *ig @rudipurnama89 * 💎


┗━━━━━━━━━━━━━━★★📚┛

Jumat, 29 Maret 2019

Kisah reuni guru dan murid

Dalam sebuah acara Reuni, beberapa alumni menjumpai guru sekolah mereka dulu.

Mereka menceritakan kisah sukses masing-masing...


Ada yang menjadi Wakil Bupati, direktur BUMN, ada yang menjadi direktur Bank, ada yg menjadi pengusaha sukses, pns, Guru, dokter, arsitek, pengacara, Anggota dewan, Ketua Lsm, Wartawan, konsultan, kepala desa dll.

Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tsb segera ke dapur kmdn mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda-beda. ‎Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.

_“Sudah, sudah.. Ngobrolnya berhenti dulu. Ini Bapak sudah siapkan kopi buat kalian,”_ seru sang guru memecah keasyikan obrolan mereka.

Hampir serempak, mereka kemudian berebut cangkir terbaik yang bisa mereka dapat.


Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang paling jelek.

Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko yang telah disiapkannya.

_“Mari, silakan diminum,”_ ajak sang guru, yang kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari cangkir terakhir yang paling jelek.

_“Bagaimana rasanya? Nikmat kan? Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri.”_

_“Wah, enak sekali Pak.. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,”_ timpal salah satu murid yang langsung diiyakan oleh teman yang lain.

_“Nah, kopinya enak ya? Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan. Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?”_ tanya sang guru.

Murid-murid itu pun saling berpandangan.

_"Perhatikanlah, bahwa kalian semua memilih cangkir yg bagus dan kini yg tersisa hanyalah cangkir yg murah dan tidak menarik._

_Memilih hal yg terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yg bagus perasaan kalian mulai terganggu._


_Kalian secara otomatis melihat cangkir yg dipegang orang lain dan mulai membandingkannya._

_Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yg kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.‎_

_Hidup kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan ibadah, seperti kopi dalam analogi tsb di atas, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan, atau harta benda yg kita miliki."_

Semua alumni tertegun mendengar penjelasan dari sang guru.


Penjelasan dari sang guru telah menyentak kesadaran mereka.

_"Anak-anakku tercinta..."_


lanjut sang guru.

_"Jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yg kita nikmati._


_Cangkir bukanlah yg utama, kualitas kopi itulah yg terpenting._


_Jangan berpikir bahwa kekayaan yg melimpah, sarana yg mewah, karier yg bagus dan pekerjaan yg mapan merupakan jaminan kebahagian hidup dan kenikmatan dlm beribadah._


_Itu konsep yg sangat keliru._

_*Kualitas hidup dan ibadah kita ditentukan oleh  "Apa yg ada di dalam" bukan "Apa yg kelihatan dari luar.*"_



_Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, popularitas, adalah sebuah predikat yang disandang._


_Tak salah jika kita mengejarnya._


_Tak salah pula bila kita ingin memilikinya._

_Namun, semua itu hanya sarana._


_Sarana hanya bermanfaat apabila bisa mengantarkan kita pada tujuan._

_Apa gunanya  memiliki segala sarana, namun tidak pernah merasakan kedamaian,_ _ketenteraman,_ _ketenangan, dan kebahagian sejati di dalam kehidupan kita?_

_Itu sangat menyedihkan._


_Karena hal itu sama seperti kita menikmati kopi kualitas buruk yg disajikan di sebuah cangkir kristal yg mewah dan mahal..."_

_Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya..."_

*_Selamat menikmati secangkir kopi kehidupan..._*

Rejeki

RIZKI ITU ADA DI LANGIT, BUKAN DI BUMI!

Saya punya sate langganan di kawasan Condet, Jakarta Timur. Ini sate paling enak di Jakarta menurut saya. Susah cari lawannya! Dagingnya empuk, dan wanginya emh…. bikin siapa pun ketagihan.

Anehnya, warung sate ini bukanya suka-suka.  Tidak ada jam buka dan kadang-kadang libur mendadak, tanpa pemberitahuan. Seperti orang yang tidak butuh pelanggan. Kita harus telepon dulu kalau mau ke sana. Beberapa kali saya nekad datang ke sana tanpa telepon dulu ternyata warungnya tutup.

Saya tanya: "Kenapa cara jualannya seperti itu Pak Haji?  Pak Haji Ramli penjual sate kondang itu menjawab dengan enteng: "Rejeki sudah ada yg ngatur, kenapa harus ngoyo? Kita kan hanya disuruh usaha, soal hasil itu urusan Allah, bukan urusan kita!”

"Bukan ngoyo Pak Haji!”,  jawab saya. Bapak bisa kehilangan pelanggan kalo jualannya begitu!"

Pak Haji tersenyum mendengar komentar saya.

“Kayak situ yg ngatur rejeki aja!”Kata Pak Haji sambil senyum.

“Jangan pernah takut kehilangan rejeki...Rejeki itu kita cari bukan jumlahnya, tapi yang paling penting harus halal biar berkah! Kalau Anda selalu mencari  rizki yang halal, makin banyak orang yang akan menikmati keberkahannya. Istri Anda, anak Anda, dan orang-orang terdekat, akan menikmati keberkahan dari rejeki Anda. Allah makin sayang sama Anda. Coba lihat, berapa banyak orang kaya tapi gak bisa menikmati kekayaanya?” Kata Pak Haji dengan penuh yakin.

“Tapi Pak Haji, kan gak ada salahnya juga kalau Bapak buka tiap hari! Malah kalau bisa malam juga buka karena banyak orang suka makan sate malam juga Pak!” Sergah saya, balik meyakinkan Pak Haji.

“Warung sate Bapak bisa makin rame dan makin besar!" kata saya lagi.

Pak Haji Ramli menghela napasnya agak dalam.

"Hai anak muda, Rizki itu ada di langit bukan di bumi!”

“Anda Muslim  kan?" Tanya Pak Haji Ramli sambil menatap tajam wajah saya.

“Suka ngaji gak?”

“Coba baca, apa kata Qur’an?”

"Cari nafkah itu siang bukan malam! Malam itu untuk istirahat, bukan untuk bekerja!” Kata Pak haji balas meyakinkan.

“Saya cuma mau jualan siang, kalau malam biarlah itu rejekinya tukang sate yang jualannya malam. Kalau saya lagi gak mau buka karena ada pengajian, yang penting ngaji. Biarlah orang makan yang lain, gak harus makan sate saya!”

“Dari jualan sate siang saja saya sudah merasa cukup dan bersyukur, kenapa harus buka sampe malam?" Pak Haji nyerocos sambil membakar sate.

“Pak Haji, kalau banyak ngaji berarti banyak liburnya dong?” Tanya saya lagi.

“Ya biar aja!” Islam nyuruh saya ngaji tiap hari,  tidak nyuruh saya jualan tiap hari!”

“Nih bunyinya begini kata Allah: “Makin banyak waktumu engkau habiskan untuk mempelajari Al Qur’an, urusan duniamu Aku yang urus! Mau apa lagi?” Bantah Pak Haji.

"Coba liat orang-orang yang kelihatanya kaya itu. Pake mobil mewah, rumahnya mewah. Tanya mereka, emang hidupnya enak?" Pasti lebih enak hidup saya karena saya gak dikejar target, gak dikejar hutang! Saya 2 minggu sekali pulang ke Tegal, mancing, naik sepeda lewat sawah-sawah lewat kampung-kampung, bergaul dengan manusia-manusia yang menyapa dengan tulus. Tak seperti orang kota yang hanya  menyapa  kalau ada maunya!”,  jelas Pak Haji.

“Biarpun saya  naik sepeda tapi batin saya jauh lebih enak daripada naik Jaguar!”

“Saya bisa menikmati angin yang asli, bukan AC. Bisa denger kodok, jangkrik, dan binatang-binatang lainnya, lebih nyaman di kuping daripada  dengerin musik di dalam mobil!”

“Coba Anda pikir, buat apa kita ngoyo bekerja siang-malam?”

“Jangan-jangan kita muda kerja keras ngumpulin uang, sudah tua uangnya dipake ngobatin penyakit kita sendiri karena terlalu kerja keras waktu muda! Itu banyak terjadi kan? Dan... jangan lupa, Tuhan sudah menakar rejeki kita! Jadi buat apa kita nguber rejeki sampe malam? Rezeki gak bakal ketuker!! Yang kerja siang ada bagiannya, begitu juga yang kerja malam!"

"Kalau kata peribahasa, waktu itu adalah uang. Tapi jangan diterjemahkan tiap waktu untuk cari uang!”

“Waktu itu adalah uang, artinya kita harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya karena waktu tidak bisa diulang. Uang bisa dicari lagi! Waktu lebih berharga dari uang. Makanya saya lebih memilih waktu daripada uang!"

"Waktu saya ngobrol dengan Anda ini jauh lebih berharga daripada saya bikin sate. Kalau saya cuma bikin sate, di mata Anda, saya hanya akan dikenang sebagai tukang sate. Tapi dengan ngobrol begini semoga saya bisa dikenang bukan cuma tukang sate, mungkin saya bisa dikenang sebagai orang yang punya arti dalam hidup Anda sebagai pelanggan saya. Kita bisa bersahabat! Waktu saya jadi berguna juga buat saya. Begitu juga buat Anda.”

“Kalau Anda merasa ngobrol dengan saya ini sia-sia, jangan lupa ya: "Rejeki bukan ada di kantor Anda tapi di langit! Coba buka Qur’an, itu kata Allah bukan kata saya. Gak mungkin kan Allah bohong?” Begitu kata Pak Haji Ramli menutup pembicaraan.

Minggu, 02 Desember 2018

Kisah seorang istri menutupi miskin suaminya

SEORANG ISTRI MENUTUPI KEMISKINAN SUAMINYA.
Ada sebuah kisah, ketika seorang suami menangis kepada sahabatnya.

Kadang aku minder karna miskin

*Kadang aku Minder karena Miskin*
Entah siapa yg menulis postingan ini....

Kisah anak dan ibu

Seorang anak Bertengkar dengan Ibunya dang Meninggalkan Rumah."
Saat berjalan tanpa tujuan Ia Baru Sadar bahwa Ia sama Sekali tidak Membawa uang. Ia Lapar sekali, ingin makan Semangkok Bakmi.